Indramayu l Radarbangsatv.com – Pasangan calon no urut 1 “Baher Kasan” tampaknya menjadi “berkah” bagi solusi jalan tengah politik dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024, jalan tengah di antara rivalitas ekstrim Nina Agustina (03) versus Lucky Hakim (02).
Karakter politik masyarakat Indramayu mayoritas mutlak tidak “happy” dengan rivalitas ekstrim secara politik. Itulah sejatinya karakter “asli” bangsa Indonesia dengan dasar negara Pancasila, tak terkecuali masyarakat Indramayu bagian integral bangsa Indonesia.
Rivalitas politik antara Nina Agustina versus Lucky Hakim sudah sangat lama berlangsung di ruang ruang publik, membentuk pembelahan sosial ekstrim yang menarik gerbong masing masing pendukungnya secara ekstrim di media sosial dan “akar rumput”.
Puncak rivalitas keduanya tersaji di panggung politik dalam “peristiwa” di Tegal taman kec Sukra , saling “tuduh” di antara dua kutub politik ekstrim di atas . Ibarat film kartun “tom and Jerry”, saling intip dan “kejar tangkap”.
Ini menyedot perhatian publik tak terkecuali pekerja migran indramayu di Taiwan, Hongkong dan lain lain , tumpah ruah memenuhi media sosial “FB” dan “tiktok’, bahkan hingga di panggung “debat publik” pilkada indramayu di bandung.
Kehadiran pasangan “Baher Kasan” tepat berada di dua kutub ekstrim politik di atas, bisa menjadi “tenda” tempat bernaung bagi mayoritas publik Indramayu yang berharap hadirnya rasa “guyub” bersama, solusi pilihan dari dua kutub ekstrim politik di atas.
Ada beberapa konstruksi argument yang meletakkan pasangan “Baher Kasan”, menjadi jalan tengah, tenda tempat rakyat bisa bernaung secara “adem ayem” di dalamnya :
Pertama, pasangan “Baher Kasan” diusung dua partai “tengah” besar, yakni koalisi partai Golkar dan partai Gerindra. Kedua partai ini secara historis adalah partai “serumpun” oleh Williem Liddle disebut “melting pot party”.
Artinya, sebagai “melting pot party” kedua partai ini tempat berhimpun aneka ragam aliran politik dan segmentasi sosial yang beragam. Dari yang religius hingga nasionalis, dari petani hingga para teknokrasi, dari irisan gender, milenial hingga generasi “pasca kolonial”.
Kedua, dari sisi personalitas gestur politik baik “Baher” maupun “Kasan” bukan tipologi politisi yang “meledak ledak” tapi bukan pula politisi “playing victim, tidak memainkan drama politik “air mata”. Publik Indramayu sudah kering “air matanya” memikirkan nasib beban hidup mereka.
Perspektif tentang gestur politik “Baher” dan “Kasan” di atas tampak dalam narasi narasi mereka di akun media sosialnya, lebih mengajak persatuan, dan percakapan tentang nasib kehidupan rakyat nyaris tak ditemukan narasi yang menyerang calon calon lain.
Inilah pasangan calon secara representasi politik mewakili demografi Indramayu “barat” dan “timur”, representasi koalisi partai “tengah”, partai Golkar dan Gerindra, tepat “di tengah” menyejukkan di antara permainan politik “hot” dua kutub ekstrim Nina Agustina versus Lucky Hakim.
Maka memperjuangkan keduanya kelak “terpilih” dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024 bisa menjadi “kado” bagi rancang bangun masa depan Indramayu yang “guyub” dan “mengayomi” untuk semua.
Wassalam.
Editor : Zaseda
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan.