Indramayu | RadarBangsaTV.com – Konstruksi simulatif paket pasangan H. Dedi Wahidi (“Dewa”) dan H. Bambang Hermanto (“Baher”) memenuhi tingkat “probabilitas” atau kemungkinan politik “paling” ideal dalam konteks pilkada Indramayu 2024.
Keduanya adalah “politisi” representasi politik dua partai “besar” (PKB dan partai Golkar), berproses dan tumbuh secara “politik” di Indramayu, mengerti “bau bau” keringat musim “rendeng” dan musim “sadon” warga Indramayu.
Bahkan dalam proyeksi percepatan pemekaran “Indramayu Barat” yang menjadi agenda prioritas pertama politik “Dewa” menemukan basis rasionalitas dengan menempatkan “Baher” representasi “barat” sebagai wakilnya.
“Dewa” mewakili demografi politik wilayah bagian “timur” dan “Baher” adalah representasi politik wilayah bagian “barat”. Prinsip keadilan proporsional antar wilayah terpenuhi dalam representasi politik.
Dalam konteks representasi demografi politik di atas itulah keduanya layak diikhtiarkan untuk “diduetkan”, sekali lagi, representatif secara politik mewakili PKB dan partai Golkar, dua partai besar di Indramayu, dan memenuhi prinsip keadilan proporsional kewilayahan.
Pengalaman jabatan politik keduanya – sama sama anggota DPR RI – mewakili “konstituensi” politik Indramayu (dan Cirebon); lebih dari memadai, kematangan berdemokrasi tak diragukan dan ketangguhan mental mengikuti kontestasi politik sudah teruji.
Peluang menang simulasi paket pasangan “Dewa Baher” dalam teori asosiasi politik elektoral setidaknya secara otomatis mendapatkan “limpahan” 50% elektoral dari basis “konstituensi” partai pengusungnya secara “asosiatif politis”.
Terlebih keduanya memiliki jaringan politik mapan, saling melengkapi, terampil memainkan isu isu “lokal” dan dua partai pengusungnya memiliki pasukan “infantri” terlatih di level akar rumput. Dahsyat pantulan elektoralnya.
Jadi, tidak memadai keduanya dibaca dari peta survey “hari ini”. Survey hanyalah gambaran elektoral sesaat waktu survey dilakukan, potensial berubah “jungkir balik” dalam dinamika elektoral menuju hari “H” pencoblosan, empat bulan ke depan.
Secara empiris hal itu terjadi dalam pilkada Indramayu 2020. Hasil survey pilkada Indramayu 2020, empat bulan sebelum hari “H” pencoblosan, terbukti “terbalik” dengan hasil akhir pilkada Indramayu 2020.
Itulah jawaban penulis atas pertanyaan beberapa kawan terkait konstruksi simulatif pasangan “Dewa Baher” pasca “Baher” melakukan pertemuan politik bersama “dewa” beberapa waktu lalu.
Dalam spektrum politik yang lebih luas spiritnya adalah sejauh PKB mengusung “Dewa” dengan “wakil” dari representasi “resmi” partai Golkar, siapa pun figurnya, potensial akan memenangkan kontestasi pilkada 2024.
Kelebihan meletakkan “Baher” sebagai “wakil” dari partai Golkar terletak pada prinsip keadilan proporsional secara kewilayahan. Itulah point’ sentralnya.
Wassalam !!!
Editor : Zaseda
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan