Radarbangsatv.com – Pilkada serentak 2024 adalah bagian dari rezim politik elektoral harus diletakkan dalam spirit “kemarahan” Megawati, ketua umum PDIP, tokoh kharismatik bangsa tentang hilangnya “keadilan ideologis” dalam kehidupan politik kita, dalam pilpres 2024.
Megawati marah tertahan dan air matanya tumpah di acara “ROSSI” di “kompas” TV. Ia menulis perih opini di harian “kompas” (edisi 8/4/2024) bahwa “Pilpres 2024 adalah puncak dari evolusi kecurangan terstruktur, sistematis dan massif”, tulisnya.
Dengan kata lain dalam konteks pilkada serentak 2024.
Siapa pun Gubernur, Bupati dan Walikota “petahana” dari latar belakang partai politik manapun untuk tidak bermain main melibatkan “state aparatus” atau ASN dan institusi birokasi sebagai mesin politik elektoral .
Pasalnya selain tidak menjamin apapun untuk memenangkan kontestasi pilkada dengan bermain “curang” melibatkan ASN, juga hal yang pasti jelas merusak sistem tata kelola pemerintahan yang baik, adil dan akuntabel.
Prinsip negara demokrasi dalam perspektif Megawati harus dijunjung oleh para pelaku politik. Prinsip “Vox populi Vox die”, suara rakyat suara tuhan meletakkan rakyat secara bebas tanpa intimidasi negara dalam menentukan pilihan politik.
Nilai nilai substansi politik dan etika moral bernegara tidak boleh “dikorbankan” hanya untuk merebut kekuasaan dengan “segala cara”. Kuasa politik tidak boleh “disiasati” untuk “menabrak” nilai nilai penuntun Pancasila, “menekuk nekuk” moralitas konstitusi dan “ngakali” aturan.
Itulah yang disebut Megawati “Satyam Eva Jayate”, sebuah pijakan filosofis bahwa “kebenaran pasti menang”, saat ia sampaikan dalam pidato “rohani” dalam acara HUT PDIP ke 51 Januari 2024.
Itulah nilai “pembeda” PDIP yang dipimpin Megawati berbasis akar ideologi kuat bahwa menurutnya “politik dihayati sebagai pelaksanaan prinsip keyakinan dan pencapaian idealisme secara manifes”, tuturnya dalam acara HUT PDIP tersebut.
Apakah pilkada serentak 2024 mampu menjawab “kemarahan” Megawati atas praktek pemilu “curang”:di atas atau justru pilkada serentak 2024 menjadi panggung politik baru untuk pamer arogansi kuasa dalam “siasat siasat” curang pilkada 2024?
Mari kita rawat bersama bahwa pemilu (juga pilkada) adalah “jalan politik mulia dan beradab” kita jaga nilai nilai “kemudian” pemilu dari perilaku “binatangisme” politik, mengutip diksi politik George Orwell, penulis buku “Animal Farm”, binatangisme politik.
Wassalam
Editor : Zaseda
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan