H Dedi Wahidi, Peta Baru Pilkada Indramayu 2024

Indramayu l Radarbangsatv.com – Diktum politik klasik Otto Van Bismoch, politisi Jerman abad 19 bahwa “politics is the art of the possible”, politik adalah ruang kemungkinan tampaknya akan berlaku pula terhadap kemungkinan besar H. Dedi Wahidi maju dalam pilkada Indramayu 2024.

Diskusi penulis bersama H. Dedi Wahidi (sapaan inisial “Dewa”‘) tentang dinamika pilkada Indramayu 2024 dalam perjalanan satu mobil (Kamis 16 Mei 2024) berkunjung ke sejumlah tokoh di Indramayu barat menguatkan sinyal politik “Dewa” atas kemungkinan tersebut di atas.

Bacaan Lainnya

Ini ibarat judul lagu “Gril Group” (1998) “The Dreams Come True”, atau apa yang disebut dalam judul tulisan Dr. Masduki baru baru ini “Bumi Wiralodra Menunggu Dewa” (baca “Proinbar”, 17/5/2024) mulai menemukan jalan takdirnya.

Tentu spiritnya hendak turun “gunung” bukan sekedar persoalan “diminta” oleh DPP PKB tapi inilah respon artikulatif dalam konstruksi politis seorang “Dewa”, sebuah panggilan tugas politik mulia, tak lupa “jalan pulang” kampung halaman tempat ia lahir, tumbuh dan “berkeringat” politik di dalamnya

Indramayu dengan problem IPM yang mangkrak, yakni indeks kesehatan dan SDM rendah, daya beli “lobet” alias “lemah”, arus investasi “mampet”, SDM birokrat bagus tapi “salah asuhan” tidak cukup seorang bupati hanya bermental mesin birokratis, miskin visi dan defisit wibawa politik.

Tugas dan tanggung jawab bupati bukan merubah warna “cat” jembatan, fasilitas publik (puskesmas, kantor kecamatan, dll), tidak sekedar urusan administrasi birokrasi, “utak atik” promosi dan mutasi ASN “sekarep dewek”, di luar sistem meritokrasi dan “pat gulipat” proyek

Bupati sebagai “elected leader” adalah pemimpin yang dipilih dalam legitimasi politik. Kekuatan powernya adalah “trust” dan representasi kepercayaan publik, tidak bersandar, berlindung dan bergantung dari back up politik formalitas “atas”.

Dalam teori Michail H. Hart, penulis buku “100 tokoh berpengaruh di dunia” tugas dan tanggung jawab politik bupati point pentingnya adalah menggerakkan harapan kolektif masa depan rakyat yang dipimpinnya, mempengaruhi sistem kerja birokrasi untuk menggairahkan partisipasi publik.

Dalam konteks ini penulis bersetuju dengan pandangan Dr. Masduki bahwa “Dewa adalah paket komplit, gabungan kecerdasan, amanah, keberanian dan disiplin”, tulisnya dalam tulisan di atas.

Atau dalam artikulasi politik penulis “Dewa” kapabel menghandle orkestrasi solusi problem tata kelola pemerintahan dari pangkal “hulu” hingga “hilirisasi” kebijakan turunannya.

Pertanyaan apakah “Dewa” benar benar akan maju dalam kontestasi pilkada Indramayu penulis cukup mengenalnya sangat panjang tidak sekedar “fisik” tapi dalam relasi politik secara intens dan “mendalam” meyakininya akan maju dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024 sejauh “Dewa” tidak “tersandera” oleh cost cost politik secara “brutal”.

Pasalnya pemimpin siapa pun kelak terpilih dalam kontestasi pilkada dengan cost politik secara brutal apalagi dengan praktek politik “gentong babi” bukan saja merusak martabat pribadi dan jabatannya, lebih dari itu, daya rusaknya mengalir sampai jauh, ibarat “air comberan” mengalir ke pipa pipa ruang kehidupan rakyat.

Pilkada Indramayu 2024 adalah ujian seleksi kepemimpinan politik apakah pilkada menjadi jalan politik “mulia dan beradab” atau jalan “binatangisme politik”, mengutip George Orwell, tergantung kita memilih kualitas pemimpin dan di situ pula indeks ukuran kemuliaan dan keadaban politik kita.

Wassalam

Editor : Zaseda (DPD IWOI Indramayu)
Sumber : H. Adlan Daie
(Analis politik dan sosial keagamaan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *