Masyarakat minta Kejari Indramayu usut tuntas Dugaan Tipikor Irigasi Sindupraja

Indramayu l Radarbangsatv.com – Sebelumnya sempat ramai diberitakan media online tentang adanya dugaan korupsi pekerjaan proyek irigasi di sepanjang ruas jalan raya Sindupraja, Desa Teluk Agung hingga Desa Pekandangan Kabupaten Indramayu.

Dalam hal ini publik meminta kepada Kejaksaan Negeri (KEJARI) yang berada di Kabupaten Indramayu Jawa Barat, harus mengusut tuntas, terkait adanya dugaan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) saat kegiatan normalisasi atau pengurasan di saluran irigasi skunder Sindupraja dlDesa Pekandangan hingga Desa Teluk Agung Kecamatan Indramayu pada April 2024 lalu.

Bacaan Lainnya

Dari pemberitaan yang telah terpublikasi bulan lalu, dugaan tipikor ditemukan pada anggaran desa yang digunakan untuk biaya membuang lumpur kurasan, terpantau lumpur tidak di buang oleh truk, namun alat excavator (beco) hanya membuangnya di atas tanggul.

Kemudian, pada kegiatan itu juga di temukan peraktek penjualan tanah tanggul seharga Rp 80 ribu, hingga Rp 120 ribu per truk. Adapun penjualan tanah tanggul di lakukan dengan cara tanggul di kupas tanahnya dengan beco, lalu di jual ke dalam truk, sementara tanggul yang di kupas, lalu bekas kupasan di timbun pakai lumpur kurasan. Sehingga pembuangan lumpur tidak pernah dilakukan, padahal duit biaya pembuangan lumpur tetap di bayar oleh desa ke pemilik jasa truk angkutan.

Selanjutnya, terkonfirmasi dari oknum Desa Pekandangan, bahwa saat kegiatan berada di wilayah mereka, oknum tersebut yang menjual tanah tanggul itu dengan nilai seperti yang tersebut diatas, bahkan telah di beli oleh bos pengembang perumahan IBP pekandangan sebanyak 9 truk. Soal jumlah tanah tanggul Desa Pekandangan selama 3 hari, di ketahui pada hari pertama sebanyak 22 truk, hari kedua 29 truk, lalu hari ketiga penjualan tanah tanggul, diserahkan kembali kepada pemilik jasa angkutan truk Joni Pekandangan Jaya.

Informasi yang di proleh awak media saat kegiatan berjalan, dari internal Desa Pekandangan jaya menyebut, bahwa awalnya di kegiatan tersebut desa tidak di bebani biaya buang lumpur, desa hanya diwajibkan menjaga keamanan alat beco, saat kerja dan saat off malam hari. Dari Desa Teluk Agung, di dapat info, bahwa alat dan truk aktif selama 3 hari, hari pertama 6 truk, kedua juga 6 truk, dan ketiga 2 truk. Pertanyaannya, dari pos anggaran dana apa, desa membayar biaya buang lumpur? Padahal lumpurnya tak terbuang, justru tanah tanggul yang terbuang (dijual).

Dampak semrawutnya praktek pada kegiatan teraebut, karena para pemangku rencana kegiatan tidak memasang papan informasi kegiatan, dan tidak adanya sosok pengawasan yang tegas, berdasarkan juklak dan juknis. Sehingga saat terjadi mal praktek, terkesan lari dari tanggung jawab.sebab saat di temui tim kerja operator beco mengakui, tidak ada pengawasan dari pihak manapun, dan benar tanah tanggul di kupas lalu di muat ke truk. Sementara lumpur kurasan yg mereka buang ke tanggul. Di akui pula bahwa sejak kegiatan dari desa Teluk Agung hingga ke desa Pekandangan, papan informasi kegiatan tidak di pasang.

Lalu soal kegiatan tersebut, mereka juga mengatakan, ini program Camat Indramayu, pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) via Workshop memberi pinjam pakai excavator Gratis. Camat berkewajiban mensuplai BBM dan honor operator. Dari pos anggaran apa pula, duit yang di gunakan oleh Camat Indramayu Indra Muliana ini, yang katanya ini kegiatan bernama swadaya antara pemerintah Kecamatan dengan Desa untuk memperlancar kebutuhan air petani, jadi tak penting memasang papan informasi kegiatan, ujar Camat saat bertemu di aula kecamatan. Bahkan saat di tanya soal kejadian mal praktek pada kegiatan tersebut, Camat buang badan, dengan menyebut secara teknis kerja itu tanggung jawab dinas PUPR.. lalu di Dinas PUPR, dengan siapa Camat berkomunikasi, sebab awak media telah kontak ke Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Sumber Daya Air (PSDA), menjawab tidak merasa punya kegiatan di irigasi tersebut. Camat menyebut, dia bekerja sama dengan Santi selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PSDA Jatibarang, yang notabene istri dari Kabid PSDA Warhadi.

Dari sumber media ini, yang berada di internal Dinas PUPR, di peroleh info bahwa selaku Kepala dinas PUPR Asep Mukti, bangga dengan kegiatan tetsebut, walau Kabid-nya yang seharusnya punya tupoksi namun tidak diberdayakan.

Saat di tanyakan ke sumber, apakah pos anggaran perawatan saluran atau irigasi dari APBD tahun 2024 untuk Kabid PSDA tidak ada?, sehingga kagiatan serupa harus di konsep swadaya dengan label program Gerak Cepat atau GERCEP.

Bupati akan saya cari tau, ujar sumber. Di sisi lain soal pinjam beco gratis, di ambil dari pos anggaran mana pula untuk biaya perbaikan beco aset negara itu jika rusak. Ariyo sebagai pengelola alat-alat, berdalih kepala UPTD workshop belum terkonfirmasi.

Inilah tugas aparat kejaksaan negara di Indramayu. Agar yang aturan dan hukumnya tidak jelas menjadi jelas, kemudian demikian juga soal adanya dugaan mal praktek di perjelas siapa yang bertanggung hukum, bukan sekedar tanggung jawab.

Editor : Zaseda
Sumber : DPD IWOI INDRAMAYU

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *