Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan
Indramayu l Radarbangsatv.com – Mendaftarnya Lucky Hakim (mantan) wakil bupati Indramayu (2021-2022) ke PKB meskipun baru bersifat “awal” tapi telah menandai beberapa hal dalam dimensi politik modern, yaitu :
Pertama, dalam perspektif teori ilmu politik Profesor Meriam Budiardjo, PKB dapat disebut “partai modern”, memenuhi fungsi sebagai instrumet rekruitmen kepemimpinan politik bukan saja untuk tangga “mobilitas vertikal” bagi kader PKB sendiri tapi “open minded” terhadap potensi anak bangsa yang lain.
Inilah yang dulu saat awal PKB didirikan tahun 1988 menyebut diri hadir sebagai kekuatan politik “dari NU untuk bangsa” bukan sekedar dari “NU untuk NU”.
PKB Indramayu hadir bukan untuk penegasan “primordialisme” kelompok sosial secara segmented tapi mengukuhkan warna warni keragaman sosial dalam imajinasi bersama menghadirkan visi Indramayu “Baru” (Bersih, Amanah, Reformis, Maju).
Kedua, menandai “bertemunya” dua variabel politik penting dalam proyeksi pilkada Indramayu 2004, yakni satu sisi Lucky Hakim figur politik “good looking” sangat kuat secara “populisme elektoral” di sisi lain PKB adalah partai dengan basis “party id” sangat “membumi”.
Setidaknya sejauh yang terpantau penulis dalam tiga survey (Oktober 2023, Januari 2024 dan terakhir Maret 2024) Lucky Hakim sangat kuat meninggalkan jauh kandidat lain dari sisi elektabilitas, “bertemu” dengan PKB, partai yang “membasis bumi, menyapa langit” (akar kuat dengan tradisi spritual langit).
Bertemunya dua variabel politik diatas menunjukkan kemampuan “link and mach” PKB Indramayu dalam mengkonstruksi tiga anasir politik, yakni kekuatan elektoral figur dan back up partai berakar kuat dengan trend kecendrungan mayoritas “kehendak” pemilih.
Tiga relasi kekuatan politik inilah yang akan mendekatkan jarak tempuh PKB indramayu menuju “rumah kekuasaan”, yakni “pendopo”.
Inilah sebuah visi harapan indramayu “Baru” (Bersih, Amanah, Reformis, Maju) yang ditopang 9 misi, yakni “profesionalisme birokrasi” (bersih dari jual beli jabatan, layanan publik terukur, birokrasi bebas dari praktek “gentong babi”, bukan alat mesin politik penguasa), sebuah “hulu” dari 8 misi lainnya.
Dari sini bergerak simultan deret ukur indeks IPM 8 visi lainnya mulai dari pendidikan unggul, masyarakat sehat, investasi pro ekonomi rakyat, “membangun dari desa”, infrasturktur publik layak dan merata, kehidupan beragama moderat, politik demokratis, pemuda dan perempuan “meaning full participation”,
Sebagai langkah awal mari kita tunggu dinamika politik berikutnya.
Wassalam
(Zaseda)