Indramayu l Radarbangsatv.com – Hasil survey lembaga survey “Poltracking” yang beredar di media sosial baru baru ini menggambarkan pertarungan dua “figur”, yakni Nina Agustina bupati “incumbent” dan Lucky Hakim, mantan wakil bupati Indramayu, figur politik yang “tersakiti”.
Tetapi hasil survey di atas sama sekali tidak menggambarkan peluang apapun untuk diproyeksikan menang pilkada Indramayu 2024.
Trend elektoral Nina Agustina dan Lucky Hakim meskipun relatif tinggi dibanding figur figur lain tapi masih jauh dari “angka psyikhologi” aman dalam teori survey “opini publik”.
Dengan kata lain hasil survey lembaga survey di atas “hari ini” ibarat “waktu” barulah fajar menyingsing sementara pilkada baru akan dilaksanakan di waktu “magrib”, enam bulan ke depan, November 2024.
Antara waktu “fajar” ke waktu “magrib” bisa terjadi cuaca makin cerah atau awan makin mendung, bahkan langit makin gelap atau terjadi pusaran angin politik “puting beliung”.
Penjelasannya dalam teori survey “opini publik” karena dalam survey “elektabilitas” pasti selalu terdapat tiga variabel pemilih sangat dinamis, penentu hasil akhir, yaitu :
Pertama, “swing voters” adalah pemilih yang telah menentukan “pilihan” kepada figur tertentu saat survey dilakukan tetapi pilihannya sangat potensial berubah karena hadirnya “calon baru” atau “diterpa” isu yang melemahkan basis trend elektoralnya.
Kedua, “undercided voters” adalah pemilih yang “belum menentukan” pilihan” saat survey dilakukan. Kemana mayoritas pilihan mereka jelang beberapa hari “pencoblosan” akan menjadi variabel elektoral yang menentukan hasil akhir.
Ketiga, hasil survey adalah potret 100% pemilih datang ke TPS. Survey “opini publik” tidak bisa membaca berapa persen pemilih yang sudah menentukan pilihan politik pada “figur tertentu” saat survey dilakukan tapi tidak datang ke TPS.
Di Indramayu dalam setiap pilkada rata rata 30% pemilih tidak datang ke TPS alias tidak menggunakan hak pilihnya, sebuah angka sangat besar, bisa mempengaruhi peta elektoral hasil akhir.
Jadi meskipun survey penting untuk deteksi dini membaca trend elektoral tetapi dalam dinamika politik selalu terbuka ruang kemungkinan “baru”, misalnya, hadirnya “tokoh baru” dalam momentum politik yang tepat mengingat peta konfigurasi pasangan calon dan koalisi partai pengusung belum “fix” .
Kehadiran figur baru sejauh bukan “figur engkek” atau “bergaya lebay” bisa menjadi harapan baru, sebuah “penampung elektoral” baru di antara dua figur politik di atas yang saling “berseteru” minimal saling “intai”, ibarat perseteruan “tom and Jerry” dalam film kartun.
Penulis “menduga” kuat potensi hadirnya tokoh baru tapi kuat dari sisi basis elektoral ideologis dan memiliki jaringan politik mapan sejauh mampu digerakkan dalam kecepatan “mesin” politik tinggi potensial akan memenangkan pilkada Indramayu 2024.
Mari kita tunggu !!!
Editor : Zaseda
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan