Politik ASBUN versus RONG POROD, Analisis Pilkada Indramayu 2024

Indramayu l Radarbangsatv.com – Membuncahnya gerakan politik “ASBUN” versus politik “Rong Porod” (dua periode) di ruang publik dan media sosial menandai eskalasi “pertarungan” narasi politik dalam kontestasi pilkada Indramayu 2024.

ASBUN adalah diksi politik yang di viralkan Carkaya, aktivis politik Indramayu di akun “facebooknya” (5/6/2024) diikuti gerakan pembuatan kaos oleh sejumlah aktivis politik minimal mengirim dua pesan politik, yaitu :

Bacaan Lainnya

Pertama, ASBUN memiliki arti “asal bunyi” alias “gagal” 10 program unggulan bupati setidaknya mahasiswa PMII cabang Indramayu dalam orasi “unjuk rasa” (23/5/2024) memberi catatan “kritis”, bahkan “buruk”.

Kedua, ASBUN dalam konteks pilkada 2024 adalah “ASal BUkan Nina”, sebuah gerakan “perlawanan” politik elektoral terhadap bupati “incumbent”, yakni tegasnya “ganti bupati”.

Di sini lain baliho di pinggir jalan hingga di gang sempit penuh sesak gambar Nina Agustina dengan narasi “rong porod” atau “lanjutkan” dua periode, tak terbayangkan berapa dana “dihabiskan” hanya untuk menyesakkan ruang-ruang publik.

Dalam potret temuan survey “Poltracking” (Akhir Mei 2024) sebesar 90%, yakni mayoritas “mutlak” publik Indramayu “ingin ada perubahan”, tak lain maknanya “ganti bupati” dan hanya 4,4% tetap menghendaki “keberlanjutan” dua periode.

Artinya keinginan “ganti bupati” adalah “kehendak” mayoritas publik (90%) dan keinginan “rong porod” hanyalah “keinginan baliho” (4,4%). Itulah yang terpotret dalam survey “Poltracking” di atas.

Akan tetapi gerakan politik “asbun” (asal bukan Nina) pun memiliki problem tidak sederhana pada level praktis terkait “deal” titik temu koalisi partai untuk menghadirkan tokoh berwibawa politik kuat dan memiliki jaringan politik mapan atau tokoh dengan level “kesukaan” publik tinggi.

Kegagalan menghadirkan pasangan calon dengan dua kualifikasi di atas meskipun di backup “amunisi” besar gerakan “asbun” potensial mengalami kegagalan alias “ambyaaaaar”.

Amunisi besar hanya mampu “membeli” popularitas, tidak serta merta menaikkan elektabilitas, kecuali kerja politik kolosal dan pasangan yang diusungnya tidak “lobet” magnit elektoralnya.

Inilah “PR” berat gerakan politik “asbun di sisa waktu yang sangat sempit menuju pilkada 27 November 2024. Mari kita tunggu !!!

Wassalam

(Zas)
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *