Hubungan agama terhadap kesehatan fisik dan mental
Oleh : Nova Nikmatul Fitri, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (202210420311059)
Radarbangsatv.com | Enam agama diakui di Indonesia. Keenam agama yang diakui di Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Tentu saja ada perbedaan antara agama-agama ini. Namun yang pasti manfaat dari banyak agama adalah sama, yaitu kemampuan untuk menumbuhkan rasa memiliki, dukungan dan bimbingan. Jika melihat negara kita, masyarakat Indonesia sangat religius dalam keyakinan dan agamanya. Kualitas ini berakar pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kesehatan juga penting karena tubuh yang sehat mencerminkan kesehatan fisik, ketenangan mencerminkan kesehatan mental, dan pola makan sehari-hari mencerminkan kesehatan manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesehatan tidak berada dalam keadaan yang stabil antara aspek fisik, mental, sosial dan lingkungan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit, kelemahan atau kelemahan.
Dari penjelasan di atas, dapatkah kita menyimpulkan bahwa ada hubungan antara agama dan kesehatan? Jika ya atau tidak, mari kita lihat lebih dekat pada pembahasan di bawah ini.
1. AGAMA DAN KESEHATAN MENURUT KBBI
Agama adalah suatu sistem yang mengatur sistem kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta aturan-aturan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Kesehatan adalah keadaan sehat. Arti lain dari kesehatan adalah keadaan yang baik (tubuh, dll).
2. HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN SECARA UMUM
a) sebaliknya
Agama dan kesehatan memiliki domain yang berbeda atau berlawanan. Apa yang dianjurkan dalam beberapa agama tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam kesehatan. Misalnya dengan terapi kencing (khusus untuk Islam), pengobatan HIV/AIDS atau kontrasepsi dengan kondom. Dalam hal ini, buang air kecil adalah sesuatu yang najis dalam Islam. Karena itu, perawatan obat dengan urin bertentangan. Padahal mempromosikan penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS merupakan program yang secara moral terkait dengan agama. Program ini dihargai di kalangan agama karena membuka peluang seks bebas atau karena kebijakan tersebut terkesan menyiratkan bahwa “seks bebas diperbolehkan asalkan kondom digunakan”. Penafsiran ini dapat membuat penggunaan kondom kebal di kalangan agama.
b) Dukungan
Ilmu agama dan ilmu kesehatan dapat saling mendukung. Misalnya, seseorang yang ingin menunaikan ibadah haji (Islam) membutuhkan peran tenaga medis dalam pemeriksaan kesehatan secara umum agar pelaksanaan ibadah haji berjalan dengan lancar. Contoh lainnya, tradisi puasa atau diet, sudah diakui oleh kalangan medis sebagai terapi penunjang kesehatan. Oleh karena itu, ajaran agama dapat mendukung kesehatan dan sebaliknya.
c) Kerabat
d) Dalam konteks ini berarti peran agama dalam mengoreksi praktik kesehatan atau peran ilmu kesehatan dalam mengoreksi praktik keagamaan. Dengan saling koreksi ini, praktik-praktik sehat dapat dibangun lebih baik lagi. Islam mengajarkan bahwa lebih baik berbuka puasa dengan makan yang manis-manis. Perintah ini dianggap dianjurkan (Sunnah). Namun, dari segi kesehatan, berbuka puasa dengan makanan manis seharusnya tidak menyehatkan, melainkan untuk merevitalisasi tubuh agar tidak kaget saat akhirnya makan lebih banyak. Dengan kata lain, berbuka puasa dengan makanan manis bertujuan untuk mengganti dan mengembalikan energi yang hilang.
3. HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN JASMANI
Para peneliti menemukan bahwa orang yang religius atau spiritual makan lebih banyak makanan bergizi, lebih banyak melakukan aktivitas fisik, dan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik daripada mereka yang tidak. Dalam penelitian ini, orang yang religius juga lebih sedikit merokok, yang mengurangi risiko penyakit terkait merokok seperti semua jenis kanker, penyakit kardiovaskular, dan penyakit paru-paru. Gaya hidup sehat dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih baik dan umur yang lebih panjang.
4. HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL
Agama juga dapat memiliki efek positif dan negatif pada kesehatan mental. Agama bisa menjadi sumber penghiburan dan kekuatan ketika orang berada di bawah tekanan. Di sisi lain, hubungan ini bisa tidak membantu atau bahkan berbahaya jika menyebabkan stres atau mengganggu nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa agama memiliki potensi untuk membantu dan membahayakan kesehatan mental dan kesejahteraan. Pada saat yang sama, perlakuan agama yang negatif, kesalahpahaman, dan keyakinan negatif merugikan kesehatan mental. Agama juga dapat membantu orang mengatasi masalah kesehatan mental. Orang sering beralih ke keyakinan agama mereka untuk menangani masalah kesehatan mental dan mengelola stres. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang beragama sering meminta bantuan pendeta terlebih dahulu untuk masalah kesehatan mental mereka. Konseling religius dan pastoral dapat menjadi sumber penting bagi orang percaya yang ingin mengintegrasikan keyakinan agama dan spiritual mereka ke dalam perawatan mereka. Program perawatan kecanduan dua belas langkah seperti Alcoholics Anonymous (A.A.) terkadang juga menggunakan perawatan berbasis agama. Konseling diberikan oleh pendeta terlatih dalam layanan terapi psikologis, yang menggabungkan praktik psikologis modern dengan pengajaran teologis untuk memecahkan masalah klien.
5. NABI SEHAT AGAMA
a) Membuat hidup lebih positif
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengikuti dan hidup menurut kepercayaan atau agama tertentu cenderung bersikap positif atau optimis, memiliki lebih banyak teman dan lebih dekat dengan keluarga. Semua itu merupakan faktor yang mendukung kesehatan. Optimisme membuat tubuh lebih sehat karena bisa memperkuat daya tahan tubuh, yang dalam jangka panjang juga bisa memperpanjang umur. Dikatakan juga bahwa orang yang percaya pada agama tertentu dan mempraktikkannya dengan serius memiliki risiko lebih rendah terkena masalah kejiwaan seperti depresi dan gangguan kecemasan.
b) Mengajarkan pola hidup sehat
Kebanyakan agama mengingatkan pemeluknya untuk hidup sehat dan menjauhi berbagai perilaku berisiko seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan mabuk-mabukan. Selain itu, agama ini juga menganjurkan umatnya untuk melakukan hal-hal yang sehat seperti puasa, meditasi, dan doa.
c) Pemberian dukungan sosial
Menghadiri kebaktian gereja atau kebaktian membuat seseorang merasa menjadi bagian dari suatu kelompok karena terbiasa bertemu dan berinteraksi dengan orang yang seiman. Kelompok keagamaan dalam ibadah atau komunitas keagamaan biasanya saling mendukung secara sosial. Hal ini menjadikan komunitas religius sebagai wadah kehidupan mental dan spiritual yang positif.
d) menghilangkan stress
Ritual keagamaan seperti berdoa dan berdoa juga bisa menjadi cara untuk menghindari stres. Manajemen stres yang tepat dapat membantu tubuh terhindar dari berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Selain itu, para peneliti telah menemukan bahwa ketika orang beragama menghadapi stres dalam hidup mereka atau menderita penyakit serius, mereka cenderung lebih kuat secara mental dan lebih mampu mengatasi masalah dan penyakit.
e) Memberi makna hidup
Agama juga memberi orang makna dalam hidup mereka. Penelitian menunjukkan bahwa orang beragama umumnya lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupan mereka.