Cirebon l RadarbangsaTV.com – Hampir 50% dari total 306 santri “lulusan” pesantren “Bina Insan Mulia” tahun ini, yakni 136 santri berhasil diterima melanjutkan pendidikan mereka ke perguruan tinggi Internasional di berbagai negara lewat jalur beasiswa dan prestasi.
Mereka adalah “lulusan” SMK, Madrasah Aliyah dan SMA unggulan bertahap internasional Pesantren “Bina Insan Mulia” akan melanjutkan studi di kampus kampus Internasional mulai Mesir, Tunisia, Maroko, Turki hingga negara “non jazirah arab” seperti Jepang, Korea, Tiongkok, Jerman, Kanada dan Malaysia.
Inilah “prestasi” sangat membanggakan dari Pesantren “Bina Insan Mulia”, sebuah pesantren “joglo” terletak di kaki gunung Ceremai Kabupaten Cirebon Jawa Barat dibawah pengasuhan KH Imam Jazuli, kiai muda berpenampilan sederhana khas “kaos oblong putih”.
Penulis berkali kali “sowan” ke KH Imam Jazuli, lulusan pesantren “kitab kuning” Lirboyo Kediri dan Al Azhar Kairo Mesir dengan wawasan keilmuan “kosmopolitan”, perpaduan kekuatan akar tradisi pesantren (Baca buku Dr. Zamakhsyari Dhaifir “Tradisi Pesantren” (1982) dengan wawasan keilmuan dunia dan praktikal modern.
Setiap kali penulis berkunjung ke pesantren ini tampak perubahan dan perluasan bangunan “fisik” pesantren dengan ciri “khas” bangunan “joglo” mulai dari asrama santri hingga bangunan masjid di dalamnya.
Dengan kata lain Pesantren “Bina Insan Mulia” berhasil mengartikulasikan “kaidah” pesantren *_”Al muhafadoh ‘ala Al qodim Al Sholeh wa Al akhdu bil Jadid Al aslah_* secara kontekstual, yakni merawat “tradisi” sekaligus mencetak “prestasi”.
Pesantren “Bina Insan Mulia” berakar kuat merawat “tradisi” lama pesantren seperti tetap mengajarkan “kitab kuning” dan arsitektur bangunan “joglo” pesantren sekaligus adaptif mengakomodasi kebutuhan praktikal modern dengan metode dan wawasan keilmuan yang kosmopolit.
Sebagaimana testimoni Dahlan Iskan, pemilik media “Jawa Pos Group” saat berkunjung ke Pesantren ini sesungguhnya tidak terlalu mengejutkan Pesantren “Bina Insan Mulia” berhasil mencetak “prestasi” mampu mengantarkan “lulusannya” diterima masuk ke kampus kampus internasional.
Pesantren “Bina Insan Mulia” dalam testimoni Dahlan Iskan memang sudah “disetting” dalam persiapan kurikulum yang matang untuk mampu bersaing masuk ke jenjang perguruan tinggi internasional
Misalnya “strategi khusus semester terakhir tidak ada lagi pelajaran lain kecuali menghadapi test masuk Al Azhar. Di semester akhir itu suasana belajarnya sudah dimiripkan di sana”, tulisnya.
(Tulisan testimoni Dahlan Iskan tentang strategi kurikulum pesantren Bina Insan Mulia” selengkapnya dapat dibaca di “Radar Solo”, edisi 5/2/2022).
Dalam spektrum yang lebih luas setidaknya dalam perspektif penulis kehadiran pesantren “Bina Insan Mulia” ini sebagaimana Pesantren “Darul Ma’arif” Kaplongan Indramayu adalah respon artikulatif NU dalam menghadapi kebutuhan pendidikan “kelas menengah modern” NU.
(Baca tulisan penulis berjudul “Pesantren Darul Ma’arif kaplongan Indramayu : Spirit NU Menjawab Kelas Menengah Modern”, Radarbangsa, 25/6/2024).
Kedua pesantren ini berakar kuat dari tradisi dan cara pandang keagamaan NU, “jam’iyah Diniyah”, ormas Islam terbesar di Indonesia berbasis pesantren jaringan “kitab kuning”, tidak perlu “dikontraskan” dengan pesantren “tradisional” NU lainnya dengan aksentuasi “full” pengajaran “kitab kuning”, sama sama berkhidmat untuk “kebesaran” NU.
Dua model pesantren NU ini penting sebagai kekuatan kultural NU merambah jalan peradaban baru bukan sekedar untuk mencegah kemungkinan tajamnya benturan peradaban di masa depan yang diandaikan Samuel Huntington dalam bukunya “The Class Of Civilization” akibat residu polarisasi politik yang membelah tajam secara sosial.
Tetapi inilah sekaligus cara artikulatif NU menjawab tantangan praktikal modern dan mewarnai pemikiran kosmopolitan dunia dengan prinsip prinsip ke NU an, “tawassut, tasamuh, tawazun wal i’tidal” (moderat, toleran, balance dan berkeadilan) yang disublimasi lewat proses pendidikan di pesantren.
Selamat atas prestasi pesantren “Bina Insan Mulia”, berhasil mencetak generasi muda NU masuk ke wawasan kosmopolitan dunia di kampus kampus Internasional. Semoga makin berjaya.
Wassalam.
Editor : Zaseda, S.Pd.I
Sumber : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan